Powered By Blogger

Total Pageviews

Thursday, July 25, 2013

Aku Baru Sadar Aku Ini Pemberani karena Epilepsi

Saya Ary anak Jawa Tengah, sekarang berusia 19 tahun.
     Saya amat sangat menderita ketika saya baru saja berumur 17 tahun. Pada saat itu baru saja saya berumur 17 tahun dan H-1 lebaran tahun 2011. Sakit yang saya derita adalah sakit kepala yang membuat saya kesulitan berjalan ataupun makan, beberapa bagian tubuh saya sulit di gerakan, serta beberapa gejala lain yang sudah saya lupakan.
     Setelah lebaran, saya mulai periksa oleh dokter saraf dekat rumah saya. Karena saya diberi obat yang sangat tidak nyambung dengan gejala saya, saya mencoba periksa dengan dokter saraf di Semarang. Dia menyuruh saya melakukan CT-Scan. CT-Scan pertama terlihat aneh, karena terlihat otak saya tidak ada separuh di sebelah kiri. Setelah itu saya MRI, dengan hasil bahwa bagian otak kiri saya memang berkurang dari awal saya lahir. Lalu saya disuruh untuk pergi ke dokter bedah saraf di Semarang.
     Dokter bedah saraf tersebut berkata bahwa otak saya tersebut tidak usah dioperasi, cukup menemukan obat yang sesuai. Saya sudah diganti terus menerus obatnya, tapi belum juga sakitnya berkurang. Karena sakitnya terus menerus, saya coba di runah sajit terbesar di Jakarta.
     Mereka berpendapat bahwa saya perlu melakukan operasi. Akan tetapi, mereka tidak berpendapat bahwa ini adalah epilepsi. Mereka berpendapat bahwa sakit yang saya rasakan akan hilang jika saya menghubungkan cairan yang ada di tempat kosong di otak kiri saya agar hilang, sehingga mereka memasangkan saluran cairan tersebut dari otak saya menuju usus besar agar hilang. Operasi tersebut dilakukan pada Oktober 2011
     Namun setelah 2 bulan saya dioperasi, rasa sakitnya masih ada, bahkan sangat sakit. Sakitnya sangat keras. Karena saya sudah menyerah dengan dokter di Jakarta, saya kembali ke dokter di Semarang. Beliau mengatakan bahwa seharusnya saya tidak dioperasi. Beliau juga mengatakan bahwa apabila menemukan obat yang benar, maka saya sembuh. Tapi apabila tidak ada obat yang cocok, maka operasi menjadi pilihan.
      Akhirnya saya diberi obat, memang agak sakit. Beliau juga menyuruh saya untuk EEG beberapa hari sampai ketemu bagian otak saya yang rusak. Setelah Ujian Nasional, saya melakukan EEG. Tapi, EEG tersebut tidak menemukan apa-apa. Akhirnya, sementara dokter itu memberi obat saya untuk sementara.
     Saya sementara mengkonsumsi obat tersebut ketika saya masuk sebagai mahasiswa baru di Perguruan Tinggi. Ketika bulan puasa setelah kegiatan di PT, saya disuruh melakukan PET-CT Scan. Alat medis tersebut hanya ada di sebuah rumah sakit di Tangerang.
     Setelah PET-CT Scan, dokter tersebut berpendapat bahwa ada yang mencurigakan di hasilnya. Tapi belum yakin dimana bagian otak tersebut yang salah. Akhirnya dia menyarankan saya agar melakukan EEG Intrakranial.
     Memang saya akan melakukan EEG Intrakranial, tapi saya memutuskan untuk kuliah terlebih dahulu. Semasa semester 1, saya merasakan saya sangat menderita. Akhirnya, saya memutuskan untuk cuti di semester selanjutnya agar saya bisa EEG Intrakranial supaya ketemu bagian otak saya yang menyebabkan epilepsi.
     Pada bulan Maret 2013,. saya dioperasi agar alat untuk EEG Intrakranial berada di bagian otak saya yang mencurigakan. Selama 9 hari, belum ketemu juga bagian mana yang rusak. Akhirnya hari ke-11, akhirnya ketemu juga dimana yang salah. Bagian tersebut terletak di bagian otak kiri yang bisa dibilang dalam. Akhirnya ketemu juga.
     Setelah itu, awal bulan April 2013 saya dioperasi selama 12 jam. Setelah itu memang ada beberapa risiko yang memberatkan saya. Tapi saya tetap semangat karena saya menahan ini karena orang tua, kakak adek, serta keluarga saya yang telah mendukung dan memberi semangat agar saya berani dan mau sembuh.
     Saya juga merasa tidak enak karena operasi besar saya tersebut dimulai hanya 10 hari setelah kakak saya itu menikah. Saya benar-benar minta maaf. Saya juga minta maaf kepada adik saya yang masih kecil karena orang tua saya sangat peduli dan memikirkan saya ketika dia memerlukannya. Maaf sekali.
     Sampai sekarang saya masih berani, semangat dan berjuang agar hidup saya jauh lebih baik dari pada saya merasakan rasa sakit yang dahulu. Penyakit ini hanya ujian yang diberikan Tuhan agar saya lebih kuat.

TERIMA KASIH AYAH, IBU, KAKAK, ADIK, KELUARGA, SERTA KEBERANIAN SAYA. DAN TIDAK LUPA DOKTER BEDAH SARAF TERBAIK SEINDONESIA. :D