Powered By Blogger

Total Pageviews

Friday, October 19, 2012

Aku merasa istimewa karena suamiku ODE

Awal anfal diusia 19, masa ordikmaru kampus. Ketika akan menikah saya menceritakan kepada orang tua tentang penyakit yang diderita oleh calon suami saya waktu itu. Orang tua yang bijak dan mengatakan kepadaku jika penyakit itu datangnya dari Allah jadi untuk apa kita takut, jalani dengan sabar dan ikhlas....Tidak terhitung sudah berapa kali anfal didepanku...sebelum kami punya buah hati, bahkan dimalam disaat baru kelahiran anakpun dia bisa anfal...terlalu sedih, terlalu senang...saya benar-benar tidak mengerti sampai sekarang bagaimana gejala jika akan anfal...

Dan yang paling menyedihkan ketika pertama sekali si kk (anak pertama) melihat langsung ayahnya anfal, dia menjerit ketakutan dan lari menjauh...Ketika dia terisak saya katakan "ayah tadi lupa cuci kaki sebelum tidur jadinya ayah mimpi buruk", skarang anak kami yang pertama berusia 7 tahun dan Adiknya 3 tahun...2 buah hatiku tumbuh sehat,Alhamdulillah....

Serangan selalu terjadi ketika suamiku dalam keadaan tidur, baru tidur atau ketika sudah terlelap, jika anfal suami slalu berteriak memanggil namaku atau orgtuanya, sehingga berakibat ke 2 buah hati kami slalu terbangun dan menyaksikan kejadian itu..hufft....dan yang parahnya jika tangan suami tidak saya dekap maka pergelangan bahu akan lepas dan pasca anfal harus selalu dibawa ke tukang urut.

Entah sampai kapan epilepsi ini...saya berserah kepada Allah dan ikhlas....Seperti halnya suamiku yang selalu ceria, humoris dan santai saja, meskipun banyak yang mengatakan jika suamiku kejang karena narkoba...Ingin rasanya saya mengatakan kepada mereka2 tentang penyakit yang suamiku dera tapi yaa sudahlah....

Sampai disini ceritaku,  Insya Allah akan slalu setia menemani suami ODE hingga akhir hayat kami, krn aku merasa istimewa bisa mendampinginya.


Wednesday, October 3, 2012

Kisah Putri : Serangan Kejang di Pusat Perbelanjaan

Saat sedang berada di pusat perbelanjaan, tiba-tiba tubuh Putri terjatuh dan dia mengalami serangan kejang. Posisinya berbaring menyamping, karena saat terjadi serangan, Anton sang Ayah sempat memegang tangan kiri Putri agar tidak jatuh terjerembab. Anton, sang Ayah, hanya bisa memegangi kepala dan tubuh Putri agar tidak terbentur benda-benda yang berbahaya. Ari, sang ibu mengambil tisu untuk melap air liur yang keluar dari mulut Putri.